Selasa, 27 Maret 2012

When I was in 1st high school grade


Ambil napas panjang. Dan aku masuki sebuah gedung yang selama ini ada di mimpiku. Langkah pertama ku …
Deg deg… deg deg…
Sial. Jantungku berdebar cukup keras. Oh ya, aku 15 tahun sekarang dan hadiah ulang tahun ku adalah diterima di SMA favorit di kotaku. Seperti yang kalian tahu, aku tidak mengenal siapapun disana. Tak satupun. Aku hanya menyapa beberapa teman yang entah siapa. Lorong koridor begitu ramai. Aku mencoba menerobos ratusan orang yang ada disana.
Okay.
Ini adalah hari pertama mu za, jadi jangan berbuat sesuatu yang dapat menarik perhatian. Aku menarik napas dalam-dalam dan membuangnya pelan. Okay, aku siap untuk bersosial dengan seseorang. Aku akan 3 tahun di tempat ini dan aku tidak mau selama itu juga aku harus berdiam seorang diri tanpa teman bahkan sahabat.
Sampai suatu saat aku bertemu dengan kakak kelas yang mungkin reputasinya lagi melejit. “hai”, sapa nya. Aku hanya bisa berdiam diri melihat tatapan matanya yang begitu tajam menusuk  hingga aku hanya bisa menjawab “hai”, “aku belum pernah melihatmu di sekitar sini” katanya. Memang. Hello ? ini hari pertamaku masuk sekolah.
Tak terasa sudah satu semester aku berada di sekolah ini. sepertinya baru kemarin aku mendaftar.
Singkat cerita.
Aku baru limabelas tahun yang berarti aku belum tahu cukup banyak tentang pergaulan apalagi tentang cinta. Di SMP aku hanya punya beberapa teman dan di antara mereka tak ada yang baik. Pacar ? jangankan pacar, sahabatpun aku tak punya. Mengkin karena pergaulan terbatas. Yah, aku juga malas untuk bergaul. Setiap bel istirahat berbunyi aku dan beberapa teman sekelas (mungkin hanya 2 orang) pergi ke perpustakaan untuk sekadar menambah ilmu lewat membaca entah buku apa atau mengerjakan pr yang belum terselesaikan di rumah.
Ok, kembali ke masa SMA. Aku hanyalah gadis-kecil-limabelas-tahun-yang-tidak-tahu-apa-apa-ataupun-siapa-siapa ketika seorang kakak kelas yang super ganteng dengan reputasinya yang melejit tells me that he loves me. Apa yang akan kulakukan?. Hello? Aku hanya gadis-kecil-limabelas-tahun-yang-tidak-tahu-apa-apa-ataupun-siapa-siapa dan aku hanya bisa berdiam diri bahkan aku sampai tidak berani menatap matanya. Siapa yang tak senang jika ada seorang yang ganteng didukung dengan reputasinya di sekolah dan yang digandrungi banyak cewek tells his feeling to you ? . Dan entah kenapa aku begitu percaya kepadanya pada saat dia mengajakku “date”.
Ambil napas dan buang
Ambil napas dan buang
Aku lakukan itu hingga aku merasa lebih baik. Kejadian itu berlangsung dengan cepat. Saat itu aku berada di perpustakaan untuk meminjam buku paket beberapa pelajaran dan ternyata beberapa buku tersebut sudah habis dipinjam. Dan ia pun datang (oh ya, namanya Tyler) dan bilang dia akan meminjamkan buku paket kelas satunya ke aku. Dia akan pulang untuk mengambil buku dan mengantarkan aku pulang –karena dia juga satu kompleks denganku hanya beda blok- karena aku hanya di antar oleh supir waktu itu dan aku bisa memintanya untuk tidak usah repot menjemputku hari ini.
Bel pulangpun berbunyi.
Deg deg… deg deg…
Kenapa jadi deg-deg an gini ya? Aku kan hanya meminjam buku dan diantarkan pulang dengan Tyler. Tak ada yang istimewa. Ternyata dia sudah menungguku didepan kelas. Semua orang melihat ke arah kami berdua yang berjalan bersampingan. Aku malu –bukan karena berjalan dengan dia tapi karena banyak yang melihat ke arahku-. Tapi sepertinya dia tidak mempedulikan tatapan orang-orang. Dengan cueknya ia menarik tanganku agar aku bisa berjalan lebih cepat –karena saking malunya, aku jadi memperlambat jalan dan berjalan di belakangnya-.
Setelah masuk ke mobil miliknya, dia baru memperkenalkan diri secara resmi dan memberitahuku apa hobinya. Emang penting?. Dan ia pun mengajakku ke toko buku akhir pekan ini. menurutku tak masalah mengingat aku juga butuh beberapa novel untuk dibaca.
Akhir pekan pun tiba. Tepat jam 3 sore ia sudah berada di depan rumahku. Kami pun langsung  menuju ke toko buku. Di perjalanan kami hanya diam. Aku terheran-heran karena ia begitu rapi. Begitu masuk ke toko tersebut, aku bisa membayangkan diriku dengan puasnya mengambil novel-novel teenlit di hadapanku. Ternyata ia membeli buku-buku tentang fotografi –yang merupakan salah satu hobinya- dan buku-buku tentang aplikasi komputer. Sebelum kita pulang, ia mengajakku makan di sebuah restoran dan aku pun tidak kuasa menolaknya ketika ku lihat mata melasnya. Setelah kami selesai makan, dia mengajakku lagi untuk hang-out bareng temen-temennya tapi aku menolak. Aku belum berani untuk bergaul dengan kakak kelas. Tapi ia memaksa hingga entah kenapa aku bisa menyetujui permintaannya tapi dengan syarat tentunya, aku boleh mengajak temanku.
Akhir pekan ini aku akan pergi hang-out dengan dia dan temen-temennya serta satu temanku. Butuh waktu lama untukku untuk bisa mendapat izin orangtua. Tapi pada akhirnya aku pun boleh pergi. Horeee!. Ternyata kami hanya jalan-jalan di Malioboro dan akhirnya nonton film di XXI. Aku pun boleh memilih film apa yang akan kami tonton. Aku pun memilih ‘the hunger games’. Kami masuk ke studio 3.
Di tengah-tengah cerita, pada saat adegan menegangkan, dengan TIDAK SENGAJA aku memegang erat tangan disebelahku karena saking terbawa oleh suasana yang tak lain adalah Tyler. Aku pun langsung melepaskan genggamanku dan meminta maaf. Tetapi dia hanya senyum tipis dengan rasa tak bersalah yang tersirat di wajahnya seolah mengatakan tidak apa-apa koq. Dan sialnya lagi. Jantungku hampir mau berhenti ketika adegan menegangkan lainnya sehingga aku hanya bisa menggenggan erat bantalan kursiku sampai ada tangan yang hangat menyentuh tanganku, kenyataan yang mengerikan bahwa itu adalah tangan Tyler. Pada saat kami pulang, aku dan Tyler pulang paling akhir. Dan ia mengatakan perasaannya ke aku yang pada saat itu juga aku hanya bisa berdiri diam terpaku karena saking kagetnya. Entah apa yang ada di otakku, aku langsung me-iya-kan pertanyaannya itu.
Ternyata berita itu begitu cepat menyebar hingga ke kakak kelas 12. Sial. Tapi itulah indahnya masa-masa SMA. Hanya ada masalah yang kecil, satu sekolah langsung heboh. Dan antara malu dan senang karena setiap aku bertemu dengan kakak kelas ataupun satu angkatan denganku, mereka selalu meledekku. Tapi Tyler mennyambut semua itu dengan senyum bahagia.


Senin, 16 Januari 2012

First Love


Liburan ini aku pergi ke rumah nenek di luar kota.
Sesampainya disana, aku di suruh budhe ke kamar kakak sepupuku yang ternyata lagi belajar kelompok bareng temen-temennya.
“lagi ngapain kak?”
“belajar kelompok, ayo masuk!”
“belajar kelompok bhs.inggris tepatnya”, tambah temen kakak.
“owh, tapi kan ini liburan”
“ini tugas selama liburan…., oh ya kenalkan ini sepupuku, zakia” kakak mengenalkanku kepada teman-teman kakak.,
“memang kelompoknya 6 orang dan hanya kakak yang cewek?”
“owh, kelompoknya 5 orang, temenku Daniel cuma bantu, dia pinter bhs.inggris. lagipula sekolah kami beda”
“mm, I have to go”
Lalu aku keluar. Duduk di sofa yang empuk sambil dengerin Mp3.
Baru memejamkan mata sejenak,
“hey”
Aku buka mata dan ternyata Daniel sudah ada dihadapanku. Aku tidak menyangka ternyata dia tampan juga kalau diperhatikan.
“hey, kamu Daniel kan?”
“iya. Kamu ngapain?”
“oh, ini Cuma denger Mp3 player”
“lagu apa?”
“You Belong with Me”
“aku juga suka Taylor Swift”
Lalu kami dengerin lagu itu. Dan diapun mengajak aku jalan-jalan.
“mm, aku lebih suka naik sepeda. Soalnya aku nggak suka asap kendaraan.polusi”
“peduli lingkungan? Aku juga suka sepeda daripada motor, makanya aku kesini naik sepeda”
Kami jalan-jalan ke tempat yang belum pernah aku lewati. Tapi sayangnya, aku sudah tahu semua tempat itu.
I love village. Hampir senja, kami berhenti di sebuah ladang gandum. Kami duduk disana dan berbincang-bincang sampai lupa akan waktu yang berputar. Kami pulang.
Dan tidak hanya sampai disitu kisahnya. 5 hari disana serasa 5 jam karena setiap harinya aku jalan-jalan sama Daniel. Sampai 31 desember pun tiba. Di pagi yang cerah dan masih tertutup kabut ini kami jalan pagi. Dan berbincang tentang hal-hal yang entah apa.
“kata kak ‘anda, kamu pinter bhs.inggris? apa emang bakat terpendam atau gara-gara suka western?”
“ya sebenarnya sih, just like western. Emang kenapa?”
“nggak apa-apa sih., Cuma nanya. Aku juga suka western”
“oh ya? mate dong?”
“apa?”
“ehmm enggak, tadi kucingku kejedot pintu….. kenapa koq ketawa?”
“kamu lucu ya?”
Matahari memancarkan sinar hangatnya, aku pun pulang.
Kakakku lagi sedih hanya karena pacarnya nggak ngucapin Merry Christmas atau happy new year. Kalau dipikir-pikir mungkin pacarnya nggak punya pulsa terus juga lagi keluar kota?.
Malam tahun baru pun tiba. Aku ngajak kak ‘anda ke alun-alun kota. Mungkin dengan begitu dia bisa nglupain apa yang telah terjadi pada dirinya. Dan dia pun juga jelous kalau lihat ada orang yang berpacaran di depan dia. Aku nggak bisa merasakan apa yang dirasakan kak ‘anda karena aku sebelumnya belum pernah pacaran (iya, 2 kali tahun baru tanpa kekasih -13 kali nya kan belum mengenal cinta-). Lalu ngajak kak ‘anda ke bioskop.
Dan di Bioskop ternyata ada Daniel juga. Akhirnya kita bertiga nonton bareng. Dan di lantai bawah ada pesta dansa untuk menyambut tahun baru. Daniel ngajak kami kesana, tapi kak ‘anda nggak mau karena disana hanya ada pasangan kekasih (aku pikir nggak juga). Lalu aku sama Daniel saja yang kesana, kak ‘anda diluar menyendiri.
Pada saat sang DJ memberi lagu slow untuk dansa, semua orang berdiri untuk berdansa termasuk aku dan Daniel. And on the that time, he said that he got a crush on me. Aku pun kaget dan aku memang nggak bisa membohongi perasaanku sendiri if actually I like him too. Dan pada saat the light turn off, I realized that he wanna take my lipgloss. But then I saw sis ‘anda stand up beside us.
“mm, maaf aku ganggu kalian. Aku nggak bermaksud…”
Kak ‘anda langsung pergi. Aku dan Daniel mengejar kak ‘anda tapi kami kehilangan jejak. Aku telpon rumah dan ternyata kak ‘anda sudah pulang. Aku dan Daniel menjelaskan semua kepada kak ‘anda kalau kita nggak bermaksud melukai perasaannya. Kak ‘anda pun memaklumkan kami. Dan kami berdua menghibur kak ‘anda. Sudah hampir larut malam, Daniel pun pamit pulang dan kami(aku & kak ‘anda) mengantar Daniel sampai pintu depan. Dan kak 'anda masuk ke rumah duluan, tinggal aku dan Daniel berada di luar yang dingin. Daniel pun memelukku erat hingga dapat kucium bau tubuhnya yang beraroma gatsby.
(dan ternyata selain first love for me, it’s first love for him too )