Selasa, 22 Januari 2013

Hamster Homo Serakah






Kupandangi komputerku dengan pikiran melayang sampai negeri antah berantah dan diiringi alunan musik jazz yang lembut dari Kenny G di dalam kamarku yang bagai kapal pecah dibungkus dengan gordyn biru laut berlukiskan angsa terbang yang bebas melayang. Sendiri. Sendiri di gubukku yang ibu panggil ‘rumah’ tapi gagasanku ini bukanlah rumah yang menjadi saksi bisu dari perjalanan hidupku melainkan hanya kasur keras padat untuk tidur bahkan hams, nama dari salah satu hamsterku yang masih bertahan melawan badai tidak betah tinggal. Dengan muka masam ia meninggalkanku sendiri di gubuk reyot ini setelah ia berkemas-kemas membawa semua salad yang aku berikan kepadanya satu hari yang lalu bahkan kulkasku bersih dari sayuran yang bernama wortel dan galon air mineralku. Aku langsung shock ketika kesiangan harinya menemukan secarik kertas di aquarium tempat bernaungnya yang berisi :
Bung,
I minta maap, I harus go out from sini. I sudah no tahan lagi in sini.
                                                                                                Hate,

                                                                                Hamster mu yang unyu
P.S   =    stop call I ‘hams’ !!
                Sudah I bilang, hams sudah mati !
                Nama I is ‘munyu’ !!

Dengan menitikkan air raksa dari termometer yang sudah bocor, aku membaca pesan itu. Padahal aku ingin menjadikannya sebagai hewan percobaan untuk praktik pembedahan di sekolah esok hari. Dengan perasaan yang campur aduk seperti nasi mawut segera kusambar ponsel milik Itos, nyamuk yang biasa mengganggu hams pada malam hari untuk hanya sekadar membuat muka hams menjadi masam semasam stoberi.
376+77=8
Setelah aku ketik nomor fax hams, aku langsung bicara kepada hams lewat video call
“hams, aku minta maaf”
“munyu ! aku tidak mau kembali ke sana untuk ke 7 kalinya !”
“ayolah hams, aku baru saja akan memberimu teman yang cantik”
“munyu ! aku tetap tidak mau !”
“oh iya, aku lupa.. akan ada 2 hamster ganteng lho nanti..”
“baiklah.. dan, berhenti memanggilku hams !!”
“okay”
Dasar hamster homo ! kataku dalam hati dan keesokan harinya ia telah tidur di rumah masa depannya karena kegagalanku dalam menjalankan praktik pembedahan tersebut.